09 April 2023

Membangunkan Anak Saat Sahur Tanpa Drama

Sudah lebih dari separuh jalan Bulan Ramadhan tahun ini. Alhamdulillah sampai hari ini abang Al masih semangat berpuasa. Drama-drama di awal puasa seperti merengek ingin buka (batal) puasa, sampai coba-coba makan es batu dan permen, sudah tidak terjadi lagi. Sekarang puasanya benar-benar sudah full dari sahur hingga buka.

Tapi menjelang separuh jalan ini, drama bangun sahur masih terjadi. Kadang-kadang abang masih sudah dibangunkan. Terlebih kalau malam harinya abang tidur kemalaman akibat tidur siangnya suka kebablasan dari habis dzuhur sampai jam 5 sore. Akhirnya kadang abang perlu digendong dari kasur ke dapur agar siap makan sahur. Kadangkala ada drama harus disuapi agar makan sahurnya banyak.

Makan sahur ini begitu penting. Konsep makan sahur sebagai persiapan berpuasa harus tertanam di pikiran anak. Apalagi aktivitas anak di siang hari lebih sering bergerak aktif. Makanya, sahur menjadi  hal yang tak boleh dilewatkan anak secara sengaja karena menjadi sumber energi bagi aktivitas anak seharian saat berpuasa.

Membangunkan anak sahat sahur merupakan tantangan sendiri bagi para orang tua. Semua orang tua yang memiliki anak-anak yang sedang belajar berpuasa, tentu merasakan tantangan ini. 5 tips ini kami jalankan untuk membantu agar anak bisa bangun sahur tanpa drama.

Makan Sahur Bersama Ananda (sumber gambar : Pikiran Rakyat)

Baca juga : Kapan Mengajak Anak Tarawih ke Masjid?

5 Cara Agar Anak Bangun Sahur Tanpa Drama

1. Buat Jadwal Bangun Sahur

Membuat jadwal bangun sahur adalah salah satu cara yang efektif untuk membantu anak bisa bangun tepat waktu. Jadwal ini tentunya bisa disesuaikan dengan kebiasaan tidur ananda. Kalau anak terbiasa tidur jam 9 malam, bangun sahur jam 4 cukup baginya. Di Tahun 2023 ini masih ada waktu sekira 30 menit bagi anak untuk santap sahur sebelum Imsak. 

Jadwal bangun sahur yang tetap setiap hari akan sangat bermanfaat bagi irama sirkadian anak. Harapannya setelah bulan Ramadhan, anak-anak masih tetap terbiasa bangun pagi sebelum subuh.

2. Sediakan Makan Sahur yang Menarik

Makanan sahur yang enak dan menarik bisa membantu ananda bangun dengan semangat. Buatlah menu sahur yang beragam, sehat dan lezat. Hindari makanan yang berat dan sulit dicerna seperti makanan berlemak atau berminyak. Pilihlah makanan yang mudah dicerna dan mengandung nutrisi yang cukup untuk memberikan energi sepanjang hari seperti telur, oatmeal, buah-buahan, dan roti gandum.

3. Ajak Anak Bersama-sama Menyiapkan Makan Sahur

Membuat makanan sahur bersama-sama dengan anak-anak bisa meningkatkan semangat mereka untuk bangun dan makan sahur. Ajak anak-anak untuk membantu memilih menu sahur dan mempersiapkan makanan. Berikan tugas yang sesuai dengan usia dan kemampuan anak-anak. Misalnya, anak-anak yang lebih kecil bisa membantu mencuci buah-buahan atau mengaduk adonan sementara anak-anak yang lebih besar bisa membantu memasak.

Abang Al biasanya sejak sore sudah pesan dan membuat rencana mau makan sahur apa. Perencanaan bisa dilakukan bersama anak mulai dari berbelanja bahan makanan sampai kegiatan menyiapkan makan ketika bangun sahur.

4. Bangunkan Anak dengan Lembut dan Penuh Perhatian

Di perumahan umumnya sudah ada petugas yang membangunkan sahur melalui TOA di masjid. Kadangkala ada juga yang keliling perumahan membangunkan dengan bedug dan suara kentongan. Tapi sebaiknya hindari membangunkan anak dengan cara yang keras atau tiba-tiba. 

Gunakan suara yang lembut dan penuh perhatian untuk membangunkan mereka. Jika ananda kesulitan untuk bangun, ajak mereka untuk membuka jendela atau menyalakan lampu agar mereka merasa lebih segar. Dengan lampu smart dari BARDI, kamar otomatis menjadi terang ketika jadwal bangun sahur ananda.

5. Berikan motivasi yang positif pada Ananda untuk bangun dan makan sahur

Sebelum bulan Ramadhan tiba, orang tua perlu mengajak anak berdiskusi tentang kegiatan puasa dan hal-hal yang umum dilakukan di Bulan Ramadhan termasuk tentang pentingnya makan sahur serta contoh sahur yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. Diskusi ini tetap bisa dilanjutkan ketika bulan puasa tiba.

Selain diskusi tentang aktivitas di bulan puasa, kita juga perlu berdiskusi tentang makanan dan bagaimana makanan yang dimakan saat sahur akan sangat berguna dan membuat puasa kita menjadi lebih kuat. 

Demikian 5 langkah agar terhindar dari drama membangunkan anak saat sahur. Semoga bermanfaat bagi ayah dan bunda. Kalau ayah bunda punya pengalaman lain membangunkan anak saat sahur, yuk tulis di kolom komentar di bawah ini.

Selamat mencoba.... Semoga jadi orang tua bermutu yang layak dicintai anaka-anak kita.

26 March 2023

Ketika Anak Merengek Meminta Batal Puasa

Saat ini abang Al sudah duduk di kelas 3. Sejak kelas 1 (satu) SD kemarin sebenarnya abang sudah berlatih puasa sehari penuh (full). Jadi setidaknya dia sudah memiliki pengalaman dua tahun berpuasa penuh di bulan Ramadhan. Sedangkan ketika berusia 5 tahun ke bawah atau saat berada di TK, dia baru belajar berpuasa setengah hari saja.

Tahun ini abang kembali belajar berpuasa sehari penuh. Karena belum sempat mencoba berpuasa sunnah di bulan Rajab dan Sya'ban, rasanya abang seperti memulai dari awal lagi. Seharusnya memang meskipun sudah jauh-jauh hari kami membicarakan bulan Ramadhan ini, tetap saja akan lebih baik anak berlatih sejak bulan Rajab dan Sya'ban agar tidak terlalu kaget ketika langsung berpuasa sehari full di bulan Ramadhan.

Hari pertama ditambah suasana Kota Tangerang yang sangat panas, abang beberapa kali sempat minta batal puasanya.

"Boleh ya yah. Sampe dzuhur saja. Al haus banget," katanya merengek-rengek.

"Ya, memang haus kalau kita berpuasa. Tapi kan puasa memang menahan diri. Boleh minum, nanti ketika maghrib. Sekarang abang boleh istirahat atau tidur."

Begitulah. Berulang kali abang meminta buka puasa, berulang kali pula ayah dan mama tak bosan memberikan motivasi karena kami tahu ini bukan pengalaman pertama kalinya abang berpuasa. Ini sudah tahun ketiga dia berpuasa sehari penuh.

Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua Ketika Anak Merengek Minta Batal Puasa?

Bagi anak-anak, berpuasa menahan lapar dan haus bukan sesuatu yang mudah. Itu kenapa mereka perlu belajar untuk siap berpuasa dengan benar di usia akil balighnya nanti. Namun, orang tua juga perlu menyadari bahwa belajar berpuasa adalah proses yang bukan instan. Seharusnya sejak dini orang tua sudah mengenalkan anak tentang bagaimana berpuasa.

Yang sebaiknya dihindari orang tua adalah mengancam anak jika tidak berpuasa serta memberikan iming-iming hadiah tertentu jika anak mampu berpuasa. Hal-hal semacam ini bisa merusak niat dan keinginan anak berpuasa.

Karena anak-anak dalam proses belajar, maka respon yang tepat saat anak merengek minta batal puasa akan membantu anak belajar berpuasa dengan benar. 

Berikut hal-hal yang dapat dilakukan orang tua saat anak merengek minta batal puasa :

1. Tetap Tenang dan Terima Anak

Tetap tenang ketika anak merengek minta batal puasa juga bukan sesuatu yang mudah bagi para orang tua. Pasti ada perasaan kesal dan kecewa kepada anak. Tapi yang perlu orang tua ingat adalah, selama belum akil baligh sebenarnya anak-anak kita belum dibebankan dengan kewajiban berpuasa. Sampai mereka baligh, mereka tetap sedang belajar berpuasa. Cobalah untuk merasakan kita di posisi mereka dan mengingat kembali bagaimana masa kecil kita atau saat kita sesusia mereka dulu. 

Merespon dengan tenang akan membuat anak merasa diterima. Orang tua juga bisa berempati dengan komunikasi yang berterima seperti :

"Ya, mama tahu kamu lapar dan haus."

atau..

"Memang, kalau sedang berpuasa kita haus dan juga lapar."

Kalimat menerima seperti ini akan membuat anak merasa tidak bersalah dan diterima. 

2. Alihkan dengan Kegiatan Lain

Setelah menerima kondisi mereka yang sedang tahap belajar, cobalah untuk mengalihkan perhatian mereka ke kegiatan lain. Biasanya anak-anak yang merengek minta buka puasa dikarenakan mereka kurang disibukkan dengan kegiatan.

Oleh karena itu penting bagi orang tua untuk bekerjsama dengan sekolah agar menyediakan berbagai kegiatan kreatif yang dapat dilakukan anak di rumah selama berpuasa. Orang tua juga bisa merancang berbagai kegiatan permainan papan (board game), membaca buku bersama, atau menonton film dengan batasan.

Kegiatan-kegiatan tersebut akan membantu anak lupa akan rasa lapar dan haus sementara.

Ketika abang Al merasa haus di hari pertama berpuasa kemarin, setelah shalat dzuhur kami gelapkan suasana rumah dan mengajaknya tidur siang sampai masuk waktu Ashar. Lumayan ini bisa mengalihkan dia dari merengek minta buka puasa.

3. Berikan Pemahaman Pentingnya Puasa

Sebagai orang tua, kita harus menjelaskan pentingnya berpuasa dan memberikan pemahaman tentang keutamaan bulan Ramadhan. Fokuslah pada mengapa kita harus berpuasa dan mengapa penting menahan lapar dan haus selama berpuasa.

Tanpa harus menceramahi mereka, berikan pemahaman secara nyata maupun diskusi. Misalnya ajak anak untuk ke luar rumah bertemu dengan orang-orang yang kurang beruntung. Tanyakan kepada mereka,

"Menurut abang kira-kira bapaknya sudah makan belum ya?"

Bacakan buku-buku yang juga menjelaskan tentang keutamaan berpuasa serta bagaimana hewan-hewan juga berpuasa. Anak-anak akan tertarik ketika itu dekat dengan mereka.

4. Hindari Ancaman

Banyak orang tua memilih mengancam ketika anak ingin membatalkan puasa. Misalnya dengan berkata,

"Awas ya.... nanti mama ga belikan es krim kalau puasanya  batal."

atau

"Batalin aja, nanti THR nya mama potong."

Mengancam anak membuat mereka tidak nyaman. Apalagi disertai dengan iming-iming jika mereka tetap melanjutkan puasanya. Niat puasa anak menjadi rusak :-D

5. Dukung dan Apresiasi

Alih-alih mengancam, orang tua seharusnya memotivasi anak misalnya dengan bicara,

"Mama yakin abang bisa kuat puasanya. Ini kan bukan pengalaman pertama abang puasa. Tahun kemarin bisa, pasti sekarang juga bisa."

atau

"Iya memang lemas kalau puasa. Apalagi baru dua hari. Tubuhnya butuh beradaptasi ya. Yuk kita jalan-jalan aja," sambil mengalihkan perhatian anak.

Lalu ketika mereka berhasil melanjutkan puasanya, jangan segan untuk memberikan apresiasi atas usahanya.

"Masyaa Allah. Mama senang. Abang masih kuat puasanya sampai jam 5. Tinggal satu jam lagi lho bang buka puasanya, ayo semangat!"

"Terima kasih ya sudah berusaha untuk kuat puasa. Semoga dengan latihan ini abang makin sabar."

Dan banyak ungkapan apresiasi lainnya. Yang perlu orang tua ingat adalah, apresiasi diberikan atas usaha anak bukan hanya memuji-muji anak dengan ungkapan anak sholeh, anak hebat, anak bintang, dan sebagainya.

Menyiapkan Anak Kuat Berpuasa 

Selama proses belajar tidak masalah anak-anak bertahap dalam menjalankan ibadah puasanya. Misalnya jika memang ini merupakan pengalaman perdana mereka berpuasa tidak ada salahnya misalnya menuruti keinginan mereka untuk membatalkan puasanya sambil terus orang tua memotivasi usaha mereka.

Makan siang lalu dilanjutkan dengan tidak makan minum lagi sampai waktu berbuka, bisa menjadi pola belajar puasa yang tidak memberatkan bagi anak.

Agar mereka kuat, orang tua perlu menyiapkan makan dan minum bermutu bagi anak baik ketika sahur ataupun saat berbuka puasa. Ketika sahur misalnya, berikan susu atau sereal favoritnya setelah anak makan sahur. Motivasi anak untuk mau makan sayur ketika sahur. Berikan penjelasan bahwa sayur akan membantu kita lebih kuat berpuasa karena lebih lama dicerna oleh tubuh.

Saat berbuka, orang tua juga bisa hadirkan makanan favorit anak. Yang penting tidak dijanjikan di awal puasa, makanan favorit yang disajikan saat sahur dan buka membuat anak merasa dihargai. Motivasi anak untuk banyak minum air putih dan sediakan jus buah segar saat berbuka agar energi anak bisa kembali lagi setelah berpuasa seharian.

Membelajarkan anak berpuasa memang bukan pekerjaan mudah. Apalagi jika orang tua ingin menjaga anak berpuasa bukan karena iming-iming hadiah maupun ancaman. Maka kunci bagi kita para orang tua adalah bersabar dan memahami bahwa anak-anak sedang dalam proses belajar berpuasa.

Selamat mencoba ayah-bunda. Selamat menjadi orang tua bermutu yang layak dicinta ;-)