20 June 2015

Mengenal Flu Singapura

Flu Singapura, bagi mereka yang memiliki anak bayi/balita pasti pernah mendengarnya. Atau mungkin balitanya pernah terkena penyakit ini. Tapi kalau belum, baiklah... let me tell you.

Dari namanya, kita akan tahu kalau penyakit yang menyerang anak berusia 1 - 5 tahun (pada kondisi tertentu bisa sampai 10 tahun) ini datangnya dari negara tetangga (Ternyata tidak demikian sodarah :-D). Konon, sewaktu mewabah Pemerintah Singapura sampai meliburkan Sekolah tingkat Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar. Seperti umumnya Flu, penyakit ini bersumber dari virus. Namun tidak seperti Flu Burung, penyakit yang menyerang bagian kaki, tangan, dan mulut ini tidak terlalu berbahaya. Meskipun demikian, tetap kita perlu waspada.

Sudah 3 hari ini Al terserang Flu Singapura tertular dari bibi kecilnya (adik istri) dan teman-teman di lingkungan tempat tinggal neneknya. Awalnya ketika bibir bibinya pecah-pecah kami semua mengira itu sariawan. Tapi ketika banyak anak-anak dengan kondisi serupa termasuk tiba-tiba menjelang puasa Al seperti mengeluh kepedasan, baru saya bisa menyimpulkan kalau mereka semua terserang Flu Singapura. Karena sariawan biasa tak mungkin menular kemana-mana.

Apa penyebab Flu Singapura dan Bagaimana Penularannya ?

Flu Singapura disebabkan oleh Virus, pastinya. Virus RNA (kalau pernah belajar Biologi di SMA, pasti mengenal RNA dan DNA) yang masih tergolong entrovitus. Ada banyak jenis entrovirus dari yang hanya memerlukan rawat jalan hingga yang menyebabkan kematian (Entrovirus 71)

Karena penyebabnya virus, sudah barang pasti menular dengan cepat. Flu Singapura yang dalam istilah kedokteran dikenal dengan Hand, Foot, dan Mouth Desease (HFMD) menular melalui kontak langsung dengan penderita. Jadi inget kalau Al main bersama bibinya beberapa hari menjelang badannya panas. Penularan langsung dari orang ke orang melalui air liur, tinja, atau cairan juga dapat terjadi. Sehingga penting agar orang tua membatasi anak yang terserang Flu Singapura untuk bermain bebas hingga benar-benar sembuh.

Bagaiamana Gejala dan Penanganannya ?

Seperti yang terjadi pada Al, awalnya badannya panas seperti demam pada umumnya. Waktu hari Selasa kemarin, panas badan Al sudah terus naik hingga puncaknya di malam hari mencapai 39 derajat celcius. Untungnya saat itu Al masih mau minum susu dari botol maupun ASI. Hanya memang nafsu makannya mulai berkurang.

Muncul ruam di kaki, tangan, mulut, dan bagian popoknya
Keesokan harinya gejala mirip sariawan pun muncul di mulut. Ruam pun tak hanya terjadi disitu. Kaki, tangan, hingga bagian popok Al tiba-tiba memperlihatkan kondisi serupa. Seperti sariawan, penyakit ini menyebabkan anak menjadi susah menelan sehingga akhirnya anak menjadi malas makan.

Meski tidak banyak makanan yang bisa masuk, Al masih suka minum. Tapi hanya ASI saja. Bundanya sempat khawatir karena tak satupun makanan padat yang masuk ke tubuh Al. Sehingga dua hari kemarin Al tampak sangat lemas dibanding sebelumnya.

Ayah dan Bunda tak perlu khawatir berlebihan. Jika anak masih mau makan atau minum sekalipun minum ASI, tak perlu menjadi parno. Terus saja berikan stimulus agar anak mau makan. Bisa dimulai dengan makanan cair, lembek, dan berangsur-angsur makanan padat. Pelan-pelan saja. Seperti penyakit flu pada umumnya, Flu Singapura akan membaik sendirinya dalam waktu 7-10 hari.

Anak penderita Flu Singapura membutuhkan pertolongan dokter jikalau terjadi komplikasi seperti demam yang melebihi 39 derajat celcius, benar-benar tidak mau makan (termasuk minum ASI), sesak, diare, atau menunjukkan gejala dehidrasi.

Alhamdulillah, hari ini (20/6) Al sudah aktif kembali kendati belum terlalu mau makan bubur. Tadi pagi dan siang tiba-tiba dia makan sendiri rotinya. Sore ini ketika disuapi bubur, memang hanya beberapa sendok yang bisa masuk belum selahap biasanya. Semoga beberapa hari kedepan jadi semakin sehat, kesian ayah bundanya yang hampir tak tidur di malam hari :-D

17 June 2015

Jalan-jalan ke Curug Nangka Bareng Ayah Bunda

Awal bulan Juni ini, Al main-main di Curug Nangka. Ini kali pertama buat al main di Curug. Seperti ke Pantai pertama kali, dia agak takut sama gemuruh-gemuruh air. Tapi sama airnya ga mau lepas lagi deh.


Posting selengkapnya bisa dilihat di Blog Ayah nih. Gallerinya bisa dilihat disini :





Photo Gallery by QuickGallery.com

10 June 2015

Mengenalkan Shalat Sejak Usia Dini

Banyak dari kita bertanya, kapan sebaiknya mengenalkan shalat kepada anak. Sementara perintah Nabi Muhammad Saw dalam sabdanya mengingatkan para orang tua untuk menyuruh anaknya shalat pada usia tujuh tahun dan 'memukul'nya jika tidak juga shalat di usia sepuluh tahun.

Kalau menurut saya sendiri, seperti kata pepatah... Belajar di waktu kecil itu ibarat mengukir di atas batu. Layaknya bayi, tak ada yang keluar dari perut ibunya langsung berlari. Semua berproses dengan belajar berjalan mulai dari merayap-merangkak-berjalan-berlari meski tertatih dan sering terjatuh. Seperti itulah langkah mengenalkan shalat kepada anak. Semakin dini usia anak mengenal shalat akan baik untuknya dan untuk kita orang tuanya.

Tapi, bagaimana mengajarkan shalat pada anak usia dini?

Sebagai orang tua, kita sebaiknya memahami pola perkembangan anak sehingga mengetahui bagaimana cara anak belajar pada tahapan usianya. Usia 0-2 tahun misalnya. Anak belajar melalui meniru perilaku dan aktifitas orang dewasa. Sehingga, cara yang paling tepat mengenalkan shalat di usia ini adalah rutinitas orang tua dalam shalat. Rasanya, sangat tidak mungkin anak akan kenal dengan shalat jika tidak pernah melihat orang tuanya shalat.

Seperti yang Al terima di rumah. Bundanya adalah guru shalat pertamanya. Bunda selalu shalat di dekat Al meski kadang-kadang menguji kekhusyuaan. Terkadang pula, saya memang sengaja tidak berangkat ke musholla atau masjid agar dapat berjamaah di rumah sehingga Al sudah mulai mengenal shalat berjamaah sejak usia dini.

Peci, Sajadah, atau Mukena adalah alat main simbolik yang baik untuk mengenalkan shalat
Anak usia ini juga sangat tertarik dengan simbol. Mukena, sajadah, sarung, atau peci adalah peralatan yang seharusnya dikenakan orang tua sekaligus disiapkan untuk anak dalam rangka mengenal shalat. Setelah usianya 1 tahun, anak akan mulai memasuki tahapan main simbolik sehingga peralatan shalat tersebut sangat efektif dan menarik minat anak.

Al punya peci. Kelengkapan dari baju koko yang dibeli bundanya. Awalnya ketika dipakaikan peci, Al sering membukanya sendiri. Namun, setelah beberapa kali melihat saya berjama'ah bersama bundanya sambil mengenakan peci, lama kelamaan Al jadi tertarik. Seperti foto di bawah ini, akhirnya Al ikut shalat di atas sajadah lengkap dengan peci di kepala.

Lagi pura-pura sujud, lihat kamera lalu 'nyengir :))
Oya, tak perlu menekankan urutan gerakan shalat kepada anak ya. 0-7 tahun adalah masa buat anak mengeksplore kecintaannya pada shalat dan menemukan sendiri pola-pola urutan gerakan shalat dari apa yang dilihat dan dialaminya sehingga nanti di usia 7 tahunnya dia mulai terbiasa dan tak terbebani dengan shalat.

Selamat mencoba....