Tak terasa, puasa sudah lebih dari separuh jalan. Puasa abang Al tahun ini tidak semulus tahun kemarin dimana dia hanya sekolah online saja.
Tahun 2022 setelah sekolah memutuskan belajar offline tatap muka, praktis abang Al harus setiap hari ke sekolah. Ditambah Ramadhan kali ini kegiatan pembelajaran jadi lebih panjang dibanding sebelum-sebelumnya.
Jadi mungkin wajar kalau abang kadang mengeluh capek dan haus di siang hari. Ditambah cuaca akhir-akhir ini memang agak panas.
Karena aktivitas siang hari yang cukup padat di sekolah, tentu pengaruh juga dengan aktivitas malam hari yakni shalat tarawih. Untungnya Abang masih mau menjalani rutinitas belajar Iqro bada subuh meski kadang sering mengantuk. Yang jadi PR memamg di tarawih saja belum banyak kemajuan dibanding tahun lalu. Syukurnya tahun ini ketika shalat tarawih di masjid, dia bisa tuntas mengikuti imam yang rakaatnya 8+3, dan pulang di rakaat 8 ketika kami shalat di masjid yang rakaat tarawihnya 20+3.
Anak kecil yang berkeliaran dapat menggangu kekhusyuan shalat jamaah |
Baca juga : Melatih Anak Berpuasa Sejak Dini
Kapan Mengenalkan Shalat Tarawih kepada Anak?
Pertanyaan ini banyak ditanyakan orang tua kepada ayah utamanya menjelang puasa. Dan akhirnya menjadi riset ayah bersama Alaric mengenai kapan sebenarnya lebih aman mengajak anak shalat tarawih ke Masjid.
Mungkin ayah agak berbeda dengan pandangan teman-teman dimana mengajak anak ke masjid harus dilakukan sedini mungkin. Apalagi akhir-akhir ini ramai di linimasa masjid di Turki yang menyediakan area bermain anak serta mengutip perkataan khalifah Umar bin Abdul Aziz bahwa harusnya kita khawatir ketika tidak ada riuh suara anak di masjid.
Bagian akhir kalimat di atas, kami setuju dan sepakat. Tapi menyediakan area bermain di dalam masjid apalagi di dekat jamaah shalat kami kurang sepakat.
Sejak awal, kami menanamkan kepada Alaric tentang fungsi masjid dan tujuan berangkat ke masjid. Ketika niat berangkat ke masjid, tujuan kita adalah untuk beribadah atau melakukan kegiatan lain seperti pengajian. Ini mengajarkan kepada anak tentang klasifikasi bahwa setiap tempat ada fungsinya.
Main ada tempatnya tersendiri. Kalaupun masjid mau menyediakan tempat main anak, sebaiknya di luar area shalat agar dapat menjaga kekhusyuan para jamaah yang sedang beribadah. Ini sudah dilakukan di Masjid Raya Al-Adzhom Kota Tangerang. Playground tersedia di luar area shalat atau di halaman masjid. Ada ayunan, perosotan, area memanjat bahkan rumput sintetis yang dapat dipakai anak untuk bermain bola atau sekedar berguling.
Pijakan kami pada abang Al jelas, waktunya shalat kita harus berusaha shalat sefokus mungkin.
Siapkan anak sejak dini agar di usia 10 Tahun dia bisa shalat dengan benar |
Baca juga : Mengapa Main di Luar Penting Bagi Anak?
Kembali kepada pertanyaan di atas kapan sebaiknya mengajak anak tarawih ke masjid, kami merasa prihatin dengan kondisi saat ini ketika anak-anak dibiarkan bermain sementara imam sedang membacakan ayat-ayat Qur'an. Padahal ayat-ayat itu untuk didengar. Kalau sejak kecil tidak terlatih mendengar kalimat Tuhan, bahkan sekedar duduk diam menjawab adzan, bagaimana bisa mendengar nasihat orang tua atau gurunya.
Adzan dan bacaan shalat adalah latihan mendengarkan pertama bagi saraf-saraf pendengaran di telinga dan otak anak. Mengutip Ummu Marwan dalam bukunya Metodologi Pendidikan Islam yang Diterapkan Barat dalam Pendidikan Dasar, belajar mendengar adalah terpenting dan dasar dari belajar anak. Mendengar adalah letak perbedaan antara yang baik dan buruk. Misalnya, orang-orang muslim mendengar perintah Allah. Sebaliknya orang kafir tidak mendengar perintahNya.
Oleh karena itu, kami benar-benar memastikan abang Al sudah siap sebelum shalat berjamaah di masjid. Apalagi shalat tarawih yang panjang. Tentu latihannya sangat ekstra. Termasuk godaan bagi anak seusianya melihat teman-teman lain yang shalat alakadarnya. Bahkan cenderung hanya pindah bermain saja dari rumah ke masjid.
Pengalaman berlatih shalat dengan fokus harus dilewati anak lebih dulu. Maka kami memulai sebelum mengajak abang tarawih di masjid, dia harus sudah terbiasa ikut shalat di masjid sampai usia 7 tahun.
Sepanjang usia TK sampai 7 Tahun itu kami pelan-pelan membawa abang mulai dari shalat yang tidak terlalu ramai anak-anak kecilnya seperti shalat subuh atau shalat dzuhur dan ashar. Setelah terbiasa mengikuti gerakan imam dan tidak terpengaruh teman lain, baru kami mengajak shalat di waktu yang banyak teman-temannya ikut shalat seperti maghrib dan Isya.
Memang tidak mudah dan tidak bisa dipaksa anak usia pra sekolah (2-7 Tahun) bisa shalat khusyu dan tuntas. Kita hanya memastikan dia tetap di posisinya tanpa tergoda untuk mengikuti temannya yang bermain-main saja ketika waktu shalat.
Setelah abang terbiasa ikut shalat jamaah 5 waktu di masjid, barulah dia siap ikut tarawih ke masjid di bulan Ramadhan. Itu pun kami lakukan bertahap dimulai dari jumlah rakaat yang di sanggup melakukannya. Oleh sebab itu setiap mau berangkat ke masjid, ayah bertanya lebih dulu :
"Hari ini abang siap shalat tarawih dan witir berapa rakaat?"
Dia mulai dari 2 rakaat, 3 rakaat, sampai sekarang sudah genap bisa shalat tarawih dan witir 8+3 rakaat ketika diajak ke masjid.
Jadi anak siap shalat tarawih ke masjid adalah proses yang panjang. Tidak ujug-ujug anak suka dan mau ke masjid untun shalat (bukan tujuan lain seperti bermain dengan temannya) dengan sendirinyaa.
Selamat mencoba ayah bunda. Mungkin ini berat, tapi yakinlah kita bisa menjalaninya. Yang lebih penting lagi adalah semua proses ini harus dilakukan anak dengan enjoy tanpa paksaan, iming-iming hadiah, apalagi ancaman. Biarkan mereka mencintai shalat seperti kita orang tuanya mencintai ibadah ini.