22 August 2017

Mengapa Main di Luar itu Penting bagi Anak?

Hari libur seharusnya menjadi hari yang menyenangkan buat keluarga. Apalagi di sekolah ayah mengajar yang liburnya sangat terbatas (tanggal merah atau hari Ahad saja). Itu kenapa hari libur sangat kami manfaatkan untuk berkumpul bersama , berwisata, jalan-jalan, atau bahkan sekedar bergotong royong membersihkan rumah saja.

Ahad (20/8) kemarin Alaric dan ayah jalan-jalan berdua. Harusnya mama juga ikut. Namun berhubung mama sedang mempersiapkan diri karena selama dua pekan kedepan akan bolak-balik ke Cilangkap, Mama memilih di rumah saja.

Main-main air di Curug, bermain sekaligus mencintai Alam
Awalnya, Alaric dan ayah berencana untuk ke Kebun Raya Bogor karena sudah lama tidak kesana. Namun berhubung berangkat dari rumahnya sudah terlalu siang, akhirnya sesampai di stasiun Duri Al dan ayah memilih balik ke Tangerang meski sempat terjadi drama karena ayah harus berdebat dulu sama Alaric dan memberikan alasan yang kuat sampat akhirnya Al menerima keputusan bahwa ayah dan Al pulang saja ke Tangerang. Yang penting keinginan Al naik kereta (yang dia sampaikan malam harinya) sudah tercapai.

Baca Juga : Melatih Bayi Berjalan

Pentingnya Aktivitas di Luar Ruangan

Nah kegiatan jalan-jalan seperti ini adalah salah satu kegiatan anak di luar ruangan. Kegiatan di luar ruangan seperti ini sangat penting untuk anak usia dini, baik itu untuk bayi, balita, maupun anak pra sekolah seperti Alaric.

Menghabiskan waktu di luar rumah dapat memperluas pandangan anak karena memberikan mereka kesempatan untuk menjelajahi lingkungan dan memiliki petualangan. Dengan banyaknya kesempatan berinteraksi dengan alam dan lingkungan, anak menjadi lebih percaya diri.

Bermain di luar juga memungkinkan anak untuk memperoleh kebebasan dalam mengekspresikan dirinya. Anak bisa berlari, melompat, menendang dan menangkap bola, bersepeda, dan kegiatan fisik lainnya juga tentunya akan memberikan manfaat bagi perkembangan fisik anak.

Alaric sendiri akhir-akhir ini senang diajak lari pagi, senam pemanasan ringan, dan bersepeda. Terlihat dia sangat menikmati paginya dan juga berdampak pada suasana hati yang menyenangkan.

Mengingat banyaknya manfaat dari pentingnya aktivitas bermain di luar ruangan, orang tua harus mempertimbangan sekolah yang tidak memfasilitasi anak dengan kegiatan outdoor. Bahkan dalam sehari anak-anak usia dini harus banyak bermain di luar. Tak cukup satu kali.

Ide Bermain di Luar Rumah yang Jadi Belajar

Piaget dan Sara Smilansky bilang bahwa anak belajar melalui bermain. Oleh karenanya, orang tua harus pandai menjadikan kegiatan anak di luar rumah tidak hanya sekedar main tanpa makna, namun menjadi belajar. 

Akan tetapi kendala orang tua yang tinggal di perumahan dewasa ini adalah lahan yang sempit sebagai tempat bermain anak. Berbeda dengan saat orang tua masih kecil. Banyak lokasi bermain anak di sekitar rumah. Untuk menyiasatinya, pergi ke taman-taman di pusat kota dapat menjadi alternatif piknik berbiaya murah.

Di taman, anak bisa mengendarai sepeda atau scooter, bermain bola,  memanjat atau berlari-lari kecil. Untuk anak usia pra-sekolah seperti Alaric, sangat senang sekali bermain petak umpet. Mereka juga senang merunduk melewati terowongan ban, memanjat pohon tumbang, dan berjalan di atas papan titian.

Memanjar Pohon sangat disenangi Anak
Kegiatan-kegiatan di atas bisa menjadi belajar bagi anak jika pendampingan orang dewasa bermutu. Ketika bermain, orang tua bisa mengalirkan banyak pengetahuan untuk anak. Saat mengendarai sepeda misalnya. orang tua dapat membicarakan tentang gaya dorong dan tarik, berbicara tentang benda yang mudah dan sulit bergerak saat menendang bola, tentang terang dan gelap saat keluar-masuk terowongan, atau tentang kenapa pohon bisa tumbang dan menjadi tua. Pengetahuan-pengetahuan ini mengalir kepada anak saat kondisi otaknya sedang gembira dan pintu sambungan antar sel saraf di otaknya (neurotransmitter) sedang terbuka. 

Kemarin ketika jalan-jalan naik kereta, ada banyak konsep yang bisa dipelajari Alaric. Konsep waktu ketika saya bicara tentang lama perjalanan berangkat dan pulang. Ada juga konsep logis-matematik yakni membandingkan lama perjalanan, banyak orang di kursi dan membandingkannya, dan konsep urutan. Ini belum termasuk konsep bentuk geometri (di kereta maupun rel), konsep sosial (mengapa ada banyak orang bepergian), dan sebagainya.

Beberapa anak juga senang membantu. Ini adalah kesempatan bagi anak untuk main di luar sekaligus belajar banyak hal. Anak bisa diajak menyiangi rumput di halaman, menyiram tanaman, atau mencuci kendaraan. Selain membangun motorik anak, kegiatan seperti ini membangun sosial dan empati anak sekaligus kognitifnya.

Baca Juga : Inilah Perkembangan Motoric Halus Balita 2-3 Tahun

Resiko Bermain di Luar dan Menyiasatinya

Bermain di luar rumah tentu tidak tanpa resiko. Inilah alasan mengapa dibutuhkannya pendampingan orang dewasa (orang tua atau guru) ketika anak diberikan kesempatan bermain di luar. Khawatir wajar, namun jangan sampai kekhawatiran ini justru membatasi kesempatan anak bermain di luar.

Tidak masalah terkadang luka lecet atau memar. Alaric beberapa kali terjatuh saat berlari, terjungkal dari sepeda sehingga lututnya lecet dan keningnya lebam. Justru ini menjadi kesempatan bagi orang tua untuk menanamkan konsep kepada anak bahwa dirinya punya keterbatasan, belajar dari kesalahan, mengatasi tantangan dan rintangan, sehingga dia menjadi anak yang percaya diri.

Selamat Menjadi Orang Tua Bermutu.....

Regards,
Ayah Said (@bangsaid)