21 March 2016

Si Kecil Yang Baru 2 Tahun Memberontak? Apa Betul?

Sebentar lagi si Al akan genap 25 bulan. Sudah dua tahun lebih satu bulan sekarang. Ada hal yang menarik di awal usia pre operasionalnya ini. Alaric mulai sering berkata 'Tidak' atau menolak berbagai permintaan dari orang dewasa.

Misalnya ketika ayah bertanya,

"Al, boleh ayah cium ya," kata saya meminta izin.

"Ndak," jawabnya spontal sambil berlari meninggalkan saya.

Atau di lain waktu sehabis membuat berantakan rumah dengan mainannya, bunda mengajak Al untuk beres-beres.

"Sudah selesai ya mainnya. Waktunya beres-beres..," ajak bunda secara tak langsung.

"Ndak. Al bobo (maksudnya Al mau bobo), jawabnya kemudian berlari ke atas kasur dan pura-pura tiduran.

Bagi sebagian orang tua yang belum memahami perkembangan anak, akan menganggap ini sebagai pemberontakan. Begitu yang kami rasakan ketika pertama kali mendengar Alaric membantah. Tidak biasanya dia seperti itu mengingat kami selalu membiasakan beres-beres sehabis bermain, atau langsung menaruh sepatunya ke rak seteah dilepas.



Menurut teori perkembangan, anak pada awal tahap pre-operasional yang baru saja berpindah dari tahapan sensorimotor, cenderung menunjukkan rasa kuat pada dirinya sebagai individu. Itu sebabnya dia akan mulai merasa dirinya punya 'kuasa' terhadap tindakannya dan mulai berkata "tidak" pada permintaan orang dewasa.

Lalu orang tua harus bagaimana?

Ketika pertama kali mendengarnya, saya sempat ber-su'udzhon sama gurunya di sekolah.

"Anak saya diapakan. Kok jadi memberontak seperti ini?" Tanya saya dalam hati.

Namun kemudian saya mencari tahu karena penasaran. Saya jadi belajar lagi. Ohh... ternyata ini wajar dan normal lho, ayah bunda.

Yang perlu ayah bunda lakukan adalah sabar. Yups, bersabar terhadap proses ini dan menikmatinya. Seperti ketika Alaric menolak merapikan mainannya. Kami sabar menunggu dia sambil mengungkapkan perasaan (baca: ketidaknyamanan) kita.

Penting bagi orang tua untuk mengungkapkan perasaan agar anak belajar bagaimana mengungkapkan ketidaknyamanan secara verbal (bukan fisik). Apalagi anak usia ini sebenarnya lebih peduli pada perasaan orang lain.

"Ayah sedih karena mainannya belum kembali pada tempatnya. Rumahnya jadi tidak terlihat rapi," saya coba berbicara padanya.

"Mainannya bisa hilang kalau tidak segera dikembalikan. Kalau sudah hilang harus beli lagi. Ayah sedih harus keluar uang lagi untuk membeli mainan yang sama," sambung saya lagi.

Saya tunggu beberapa saat sampai akhirnya di beranjak dari kasur.

"Aal beres (maksudnya Al beres-beres dulu ya)," katanya sambil berjalan ke arah mainannya.

Nahh. Berhasil juga akhirnya. Ini kalau kita mau sabar menunggu dan terus memberikan pijakan yang tepat.

"Alhamdulillah, Al sudah mau membereskan mainannya. Ayah bantu ya," kata saya.

Dan semua mainan pun kembali ke tempatnya dengan rapi.

0 comments:

Post a Comment