09 April 2023

Membangunkan Anak Saat Sahur Tanpa Drama

Sudah lebih dari separuh jalan Bulan Ramadhan tahun ini. Alhamdulillah sampai hari ini abang Al masih semangat berpuasa. Drama-drama di awal puasa seperti merengek ingin buka (batal) puasa, sampai coba-coba makan es batu dan permen, sudah tidak terjadi lagi. Sekarang puasanya benar-benar sudah full dari sahur hingga buka.

Tapi menjelang separuh jalan ini, drama bangun sahur masih terjadi. Kadang-kadang abang masih sudah dibangunkan. Terlebih kalau malam harinya abang tidur kemalaman akibat tidur siangnya suka kebablasan dari habis dzuhur sampai jam 5 sore. Akhirnya kadang abang perlu digendong dari kasur ke dapur agar siap makan sahur. Kadangkala ada drama harus disuapi agar makan sahurnya banyak.

Makan sahur ini begitu penting. Konsep makan sahur sebagai persiapan berpuasa harus tertanam di pikiran anak. Apalagi aktivitas anak di siang hari lebih sering bergerak aktif. Makanya, sahur menjadi  hal yang tak boleh dilewatkan anak secara sengaja karena menjadi sumber energi bagi aktivitas anak seharian saat berpuasa.

Membangunkan anak sahat sahur merupakan tantangan sendiri bagi para orang tua. Semua orang tua yang memiliki anak-anak yang sedang belajar berpuasa, tentu merasakan tantangan ini. 5 tips ini kami jalankan untuk membantu agar anak bisa bangun sahur tanpa drama.

Makan Sahur Bersama Ananda (sumber gambar : Pikiran Rakyat)

Baca juga : Kapan Mengajak Anak Tarawih ke Masjid?

5 Cara Agar Anak Bangun Sahur Tanpa Drama

1. Buat Jadwal Bangun Sahur

Membuat jadwal bangun sahur adalah salah satu cara yang efektif untuk membantu anak bisa bangun tepat waktu. Jadwal ini tentunya bisa disesuaikan dengan kebiasaan tidur ananda. Kalau anak terbiasa tidur jam 9 malam, bangun sahur jam 4 cukup baginya. Di Tahun 2023 ini masih ada waktu sekira 30 menit bagi anak untuk santap sahur sebelum Imsak. 

Jadwal bangun sahur yang tetap setiap hari akan sangat bermanfaat bagi irama sirkadian anak. Harapannya setelah bulan Ramadhan, anak-anak masih tetap terbiasa bangun pagi sebelum subuh.

2. Sediakan Makan Sahur yang Menarik

Makanan sahur yang enak dan menarik bisa membantu ananda bangun dengan semangat. Buatlah menu sahur yang beragam, sehat dan lezat. Hindari makanan yang berat dan sulit dicerna seperti makanan berlemak atau berminyak. Pilihlah makanan yang mudah dicerna dan mengandung nutrisi yang cukup untuk memberikan energi sepanjang hari seperti telur, oatmeal, buah-buahan, dan roti gandum.

3. Ajak Anak Bersama-sama Menyiapkan Makan Sahur

Membuat makanan sahur bersama-sama dengan anak-anak bisa meningkatkan semangat mereka untuk bangun dan makan sahur. Ajak anak-anak untuk membantu memilih menu sahur dan mempersiapkan makanan. Berikan tugas yang sesuai dengan usia dan kemampuan anak-anak. Misalnya, anak-anak yang lebih kecil bisa membantu mencuci buah-buahan atau mengaduk adonan sementara anak-anak yang lebih besar bisa membantu memasak.

Abang Al biasanya sejak sore sudah pesan dan membuat rencana mau makan sahur apa. Perencanaan bisa dilakukan bersama anak mulai dari berbelanja bahan makanan sampai kegiatan menyiapkan makan ketika bangun sahur.

4. Bangunkan Anak dengan Lembut dan Penuh Perhatian

Di perumahan umumnya sudah ada petugas yang membangunkan sahur melalui TOA di masjid. Kadangkala ada juga yang keliling perumahan membangunkan dengan bedug dan suara kentongan. Tapi sebaiknya hindari membangunkan anak dengan cara yang keras atau tiba-tiba. 

Gunakan suara yang lembut dan penuh perhatian untuk membangunkan mereka. Jika ananda kesulitan untuk bangun, ajak mereka untuk membuka jendela atau menyalakan lampu agar mereka merasa lebih segar. Dengan lampu smart dari BARDI, kamar otomatis menjadi terang ketika jadwal bangun sahur ananda.

5. Berikan motivasi yang positif pada Ananda untuk bangun dan makan sahur

Sebelum bulan Ramadhan tiba, orang tua perlu mengajak anak berdiskusi tentang kegiatan puasa dan hal-hal yang umum dilakukan di Bulan Ramadhan termasuk tentang pentingnya makan sahur serta contoh sahur yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. Diskusi ini tetap bisa dilanjutkan ketika bulan puasa tiba.

Selain diskusi tentang aktivitas di bulan puasa, kita juga perlu berdiskusi tentang makanan dan bagaimana makanan yang dimakan saat sahur akan sangat berguna dan membuat puasa kita menjadi lebih kuat. 

Demikian 5 langkah agar terhindar dari drama membangunkan anak saat sahur. Semoga bermanfaat bagi ayah dan bunda. Kalau ayah bunda punya pengalaman lain membangunkan anak saat sahur, yuk tulis di kolom komentar di bawah ini.

Selamat mencoba.... Semoga jadi orang tua bermutu yang layak dicintai anaka-anak kita.

26 March 2023

Ketika Anak Merengek Meminta Batal Puasa

Saat ini abang Al sudah duduk di kelas 3. Sejak kelas 1 (satu) SD kemarin sebenarnya abang sudah berlatih puasa sehari penuh (full). Jadi setidaknya dia sudah memiliki pengalaman dua tahun berpuasa penuh di bulan Ramadhan. Sedangkan ketika berusia 5 tahun ke bawah atau saat berada di TK, dia baru belajar berpuasa setengah hari saja.

Tahun ini abang kembali belajar berpuasa sehari penuh. Karena belum sempat mencoba berpuasa sunnah di bulan Rajab dan Sya'ban, rasanya abang seperti memulai dari awal lagi. Seharusnya memang meskipun sudah jauh-jauh hari kami membicarakan bulan Ramadhan ini, tetap saja akan lebih baik anak berlatih sejak bulan Rajab dan Sya'ban agar tidak terlalu kaget ketika langsung berpuasa sehari full di bulan Ramadhan.

Hari pertama ditambah suasana Kota Tangerang yang sangat panas, abang beberapa kali sempat minta batal puasanya.

"Boleh ya yah. Sampe dzuhur saja. Al haus banget," katanya merengek-rengek.

"Ya, memang haus kalau kita berpuasa. Tapi kan puasa memang menahan diri. Boleh minum, nanti ketika maghrib. Sekarang abang boleh istirahat atau tidur."

Begitulah. Berulang kali abang meminta buka puasa, berulang kali pula ayah dan mama tak bosan memberikan motivasi karena kami tahu ini bukan pengalaman pertama kalinya abang berpuasa. Ini sudah tahun ketiga dia berpuasa sehari penuh.

Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua Ketika Anak Merengek Minta Batal Puasa?

Bagi anak-anak, berpuasa menahan lapar dan haus bukan sesuatu yang mudah. Itu kenapa mereka perlu belajar untuk siap berpuasa dengan benar di usia akil balighnya nanti. Namun, orang tua juga perlu menyadari bahwa belajar berpuasa adalah proses yang bukan instan. Seharusnya sejak dini orang tua sudah mengenalkan anak tentang bagaimana berpuasa.

Yang sebaiknya dihindari orang tua adalah mengancam anak jika tidak berpuasa serta memberikan iming-iming hadiah tertentu jika anak mampu berpuasa. Hal-hal semacam ini bisa merusak niat dan keinginan anak berpuasa.

Karena anak-anak dalam proses belajar, maka respon yang tepat saat anak merengek minta batal puasa akan membantu anak belajar berpuasa dengan benar. 

Berikut hal-hal yang dapat dilakukan orang tua saat anak merengek minta batal puasa :

1. Tetap Tenang dan Terima Anak

Tetap tenang ketika anak merengek minta batal puasa juga bukan sesuatu yang mudah bagi para orang tua. Pasti ada perasaan kesal dan kecewa kepada anak. Tapi yang perlu orang tua ingat adalah, selama belum akil baligh sebenarnya anak-anak kita belum dibebankan dengan kewajiban berpuasa. Sampai mereka baligh, mereka tetap sedang belajar berpuasa. Cobalah untuk merasakan kita di posisi mereka dan mengingat kembali bagaimana masa kecil kita atau saat kita sesusia mereka dulu. 

Merespon dengan tenang akan membuat anak merasa diterima. Orang tua juga bisa berempati dengan komunikasi yang berterima seperti :

"Ya, mama tahu kamu lapar dan haus."

atau..

"Memang, kalau sedang berpuasa kita haus dan juga lapar."

Kalimat menerima seperti ini akan membuat anak merasa tidak bersalah dan diterima. 

2. Alihkan dengan Kegiatan Lain

Setelah menerima kondisi mereka yang sedang tahap belajar, cobalah untuk mengalihkan perhatian mereka ke kegiatan lain. Biasanya anak-anak yang merengek minta buka puasa dikarenakan mereka kurang disibukkan dengan kegiatan.

Oleh karena itu penting bagi orang tua untuk bekerjsama dengan sekolah agar menyediakan berbagai kegiatan kreatif yang dapat dilakukan anak di rumah selama berpuasa. Orang tua juga bisa merancang berbagai kegiatan permainan papan (board game), membaca buku bersama, atau menonton film dengan batasan.

Kegiatan-kegiatan tersebut akan membantu anak lupa akan rasa lapar dan haus sementara.

Ketika abang Al merasa haus di hari pertama berpuasa kemarin, setelah shalat dzuhur kami gelapkan suasana rumah dan mengajaknya tidur siang sampai masuk waktu Ashar. Lumayan ini bisa mengalihkan dia dari merengek minta buka puasa.

3. Berikan Pemahaman Pentingnya Puasa

Sebagai orang tua, kita harus menjelaskan pentingnya berpuasa dan memberikan pemahaman tentang keutamaan bulan Ramadhan. Fokuslah pada mengapa kita harus berpuasa dan mengapa penting menahan lapar dan haus selama berpuasa.

Tanpa harus menceramahi mereka, berikan pemahaman secara nyata maupun diskusi. Misalnya ajak anak untuk ke luar rumah bertemu dengan orang-orang yang kurang beruntung. Tanyakan kepada mereka,

"Menurut abang kira-kira bapaknya sudah makan belum ya?"

Bacakan buku-buku yang juga menjelaskan tentang keutamaan berpuasa serta bagaimana hewan-hewan juga berpuasa. Anak-anak akan tertarik ketika itu dekat dengan mereka.

4. Hindari Ancaman

Banyak orang tua memilih mengancam ketika anak ingin membatalkan puasa. Misalnya dengan berkata,

"Awas ya.... nanti mama ga belikan es krim kalau puasanya  batal."

atau

"Batalin aja, nanti THR nya mama potong."

Mengancam anak membuat mereka tidak nyaman. Apalagi disertai dengan iming-iming jika mereka tetap melanjutkan puasanya. Niat puasa anak menjadi rusak :-D

5. Dukung dan Apresiasi

Alih-alih mengancam, orang tua seharusnya memotivasi anak misalnya dengan bicara,

"Mama yakin abang bisa kuat puasanya. Ini kan bukan pengalaman pertama abang puasa. Tahun kemarin bisa, pasti sekarang juga bisa."

atau

"Iya memang lemas kalau puasa. Apalagi baru dua hari. Tubuhnya butuh beradaptasi ya. Yuk kita jalan-jalan aja," sambil mengalihkan perhatian anak.

Lalu ketika mereka berhasil melanjutkan puasanya, jangan segan untuk memberikan apresiasi atas usahanya.

"Masyaa Allah. Mama senang. Abang masih kuat puasanya sampai jam 5. Tinggal satu jam lagi lho bang buka puasanya, ayo semangat!"

"Terima kasih ya sudah berusaha untuk kuat puasa. Semoga dengan latihan ini abang makin sabar."

Dan banyak ungkapan apresiasi lainnya. Yang perlu orang tua ingat adalah, apresiasi diberikan atas usaha anak bukan hanya memuji-muji anak dengan ungkapan anak sholeh, anak hebat, anak bintang, dan sebagainya.

Menyiapkan Anak Kuat Berpuasa 

Selama proses belajar tidak masalah anak-anak bertahap dalam menjalankan ibadah puasanya. Misalnya jika memang ini merupakan pengalaman perdana mereka berpuasa tidak ada salahnya misalnya menuruti keinginan mereka untuk membatalkan puasanya sambil terus orang tua memotivasi usaha mereka.

Makan siang lalu dilanjutkan dengan tidak makan minum lagi sampai waktu berbuka, bisa menjadi pola belajar puasa yang tidak memberatkan bagi anak.

Agar mereka kuat, orang tua perlu menyiapkan makan dan minum bermutu bagi anak baik ketika sahur ataupun saat berbuka puasa. Ketika sahur misalnya, berikan susu atau sereal favoritnya setelah anak makan sahur. Motivasi anak untuk mau makan sayur ketika sahur. Berikan penjelasan bahwa sayur akan membantu kita lebih kuat berpuasa karena lebih lama dicerna oleh tubuh.

Saat berbuka, orang tua juga bisa hadirkan makanan favorit anak. Yang penting tidak dijanjikan di awal puasa, makanan favorit yang disajikan saat sahur dan buka membuat anak merasa dihargai. Motivasi anak untuk banyak minum air putih dan sediakan jus buah segar saat berbuka agar energi anak bisa kembali lagi setelah berpuasa seharian.

Membelajarkan anak berpuasa memang bukan pekerjaan mudah. Apalagi jika orang tua ingin menjaga anak berpuasa bukan karena iming-iming hadiah maupun ancaman. Maka kunci bagi kita para orang tua adalah bersabar dan memahami bahwa anak-anak sedang dalam proses belajar berpuasa.

Selamat mencoba ayah-bunda. Selamat menjadi orang tua bermutu yang layak dicinta ;-) 

19 April 2022

Kapan Mengajak Anak Tarawih ke Masjid?

Tak terasa, puasa sudah lebih dari separuh jalan. Puasa abang Al tahun ini tidak semulus tahun kemarin dimana dia hanya sekolah online saja. 

Tahun 2022 setelah sekolah memutuskan belajar offline tatap muka, praktis abang Al harus setiap hari ke sekolah. Ditambah Ramadhan kali ini kegiatan pembelajaran jadi lebih panjang dibanding sebelum-sebelumnya.

Jadi mungkin wajar kalau abang kadang mengeluh capek dan haus di siang hari. Ditambah cuaca akhir-akhir ini memang agak panas.

Karena aktivitas siang hari yang cukup padat di sekolah, tentu pengaruh juga dengan aktivitas malam hari yakni shalat tarawih. Untungnya Abang masih mau menjalani rutinitas belajar Iqro bada subuh meski kadang sering mengantuk. Yang jadi PR memamg di tarawih saja belum banyak kemajuan dibanding tahun lalu. Syukurnya tahun ini ketika shalat tarawih di masjid, dia bisa tuntas mengikuti imam yang rakaatnya 8+3, dan pulang di rakaat 8 ketika kami shalat di masjid yang rakaat tarawihnya 20+3.

Anak kecil yang berkeliaran dapat menggangu kekhusyuan shalat jamaah

Kapan Mengenalkan Shalat Tarawih kepada Anak?

Pertanyaan ini banyak ditanyakan orang tua kepada ayah utamanya menjelang puasa. Dan akhirnya menjadi riset ayah bersama Alaric mengenai kapan sebenarnya lebih aman mengajak anak shalat tarawih ke Masjid.

Mungkin ayah agak berbeda dengan pandangan teman-teman dimana mengajak anak ke masjid harus dilakukan sedini mungkin. Apalagi akhir-akhir ini ramai di linimasa masjid di Turki yang menyediakan area bermain anak serta mengutip perkataan khalifah Umar bin Abdul Aziz bahwa harusnya kita khawatir ketika tidak ada riuh suara anak di masjid.

Bagian akhir kalimat di atas, kami setuju dan sepakat. Tapi menyediakan area bermain di dalam masjid apalagi di dekat jamaah shalat kami kurang sepakat.

Sejak awal, kami menanamkan kepada Alaric tentang fungsi masjid dan tujuan berangkat ke masjid. Ketika niat berangkat ke masjid, tujuan kita adalah untuk beribadah atau melakukan kegiatan lain seperti pengajian. Ini mengajarkan kepada anak tentang klasifikasi bahwa setiap tempat ada fungsinya.

Main ada tempatnya tersendiri. Kalaupun masjid mau menyediakan tempat main anak, sebaiknya di luar area shalat agar dapat menjaga kekhusyuan para jamaah yang sedang beribadah. Ini sudah dilakukan di Masjid Raya Al-Adzhom Kota Tangerang. Playground tersedia di luar area shalat atau di halaman masjid. Ada ayunan, perosotan, area memanjat bahkan rumput sintetis yang dapat dipakai anak untuk bermain bola atau sekedar berguling.

Pijakan kami pada abang Al jelas, waktunya shalat kita harus berusaha shalat sefokus mungkin. 

Siapkan anak sejak dini agar di usia 10 Tahun dia bisa shalat dengan benar


Kembali kepada pertanyaan di atas kapan sebaiknya mengajak anak tarawih ke masjid, kami merasa prihatin dengan kondisi saat ini ketika anak-anak dibiarkan bermain sementara imam sedang membacakan ayat-ayat Qur'an. Padahal ayat-ayat itu untuk didengar. Kalau sejak kecil tidak terlatih mendengar kalimat Tuhan, bahkan sekedar duduk diam menjawab adzan, bagaimana bisa mendengar nasihat orang tua atau gurunya.

Adzan dan bacaan shalat adalah latihan mendengarkan pertama bagi saraf-saraf pendengaran di telinga dan otak anak. Mengutip Ummu Marwan dalam bukunya Metodologi Pendidikan Islam yang Diterapkan Barat dalam Pendidikan Dasar, belajar mendengar adalah terpenting dan dasar dari belajar anak. Mendengar adalah letak perbedaan antara yang baik dan buruk. Misalnya, orang-orang muslim mendengar perintah Allah. Sebaliknya orang kafir tidak mendengar perintahNya.

Oleh karena itu, kami benar-benar memastikan abang Al sudah siap  sebelum shalat berjamaah di masjid. Apalagi shalat tarawih yang panjang. Tentu latihannya sangat ekstra. Termasuk godaan bagi anak seusianya melihat teman-teman lain yang shalat alakadarnya. Bahkan cenderung hanya pindah bermain saja dari rumah ke masjid. 

Pengalaman berlatih shalat dengan fokus harus dilewati anak lebih dulu. Maka kami memulai sebelum mengajak abang tarawih di masjid, dia harus sudah terbiasa ikut shalat di masjid sampai usia 7 tahun. 

Sepanjang usia TK sampai 7 Tahun itu kami pelan-pelan membawa abang mulai dari shalat yang tidak terlalu ramai anak-anak kecilnya seperti shalat subuh atau shalat dzuhur dan ashar. Setelah terbiasa mengikuti gerakan imam dan tidak terpengaruh teman lain, baru kami mengajak shalat di waktu yang banyak teman-temannya ikut shalat seperti maghrib dan Isya.

Memang tidak mudah dan tidak bisa dipaksa anak usia pra sekolah (2-7 Tahun) bisa shalat khusyu dan tuntas. Kita hanya memastikan dia tetap di posisinya tanpa tergoda untuk mengikuti temannya yang bermain-main saja ketika waktu shalat.

Setelah abang terbiasa ikut shalat jamaah 5 waktu di masjid, barulah dia siap ikut tarawih ke masjid di bulan Ramadhan. Itu pun kami lakukan bertahap dimulai dari jumlah rakaat yang di sanggup melakukannya. Oleh sebab itu setiap mau berangkat ke masjid, ayah bertanya lebih dulu :

"Hari ini abang siap shalat tarawih dan witir berapa rakaat?"

Dia mulai dari 2 rakaat, 3 rakaat, sampai sekarang sudah genap bisa shalat tarawih dan witir 8+3 rakaat ketika diajak ke masjid.

Jadi anak siap shalat tarawih ke masjid adalah proses yang panjang. Tidak ujug-ujug anak suka dan mau ke masjid untun shalat (bukan tujuan lain seperti bermain dengan temannya) dengan sendirinyaa.

Selamat mencoba ayah bunda. Mungkin ini berat, tapi yakinlah kita bisa menjalaninya. Yang lebih penting lagi adalah semua proses ini harus dilakukan anak dengan enjoy tanpa paksaan, iming-iming hadiah, apalagi ancaman. Biarkan mereka mencintai shalat seperti kita orang tuanya mencintai ibadah ini.

02 December 2020

5 Tips Membangun Kebiasaan Tidur yang Baik bagi Anak

 Adzan sudah berkumandang ketika ayah terbangun pagi tadi ketika mama sudah selesai shalat malam dan siap-siap untuk shalat subuh. Musholla sebelah rumah bahkan sudah bersiap-siap untuk iqomah. Kadang-kadang abang ikut subuh berjamaah dengan ayah di Masjid yang berjarak beberapa blok dari rumah. Akan tetapi dikarenakan ayah buru-buru berangkat ke musholla akhirnya pagi ini abang ditinggal.

Sepulang dari musholla, abang belum juga bangun. Biasanya dia dibangunkan oleh mamanya. Karena mama pagi ini berjamaah dengan kakak-kakak di lantai atas, ayah pun mencoba membangunkan abang Al. Agak khawatir sih dia jadi ga happy karena ini di luar kebiasaannya.

"Assalamu'alaikum Abang... ayah sudah pulang dari musholla. Sudah waktunya shalat subuh," sapa ayah sambil mengelus kakinya.

Abang masih bergeming. 

"Ayah sudah selesai shalat subuh di musholla lho. Abang mau digendong atau jalan sendiri ke kamar mandi?" tanya ayah memberi pilihan.

Abang terlihat tidak nyaman. 

"Err.... ntar dulu," sahutnya masih memejamkan mata.

"Oh, masih butuh waktu. Baik, kira-kira butuh berapa menit untuk bangun sendiri?"

Dia tidak menjawab langsung. Hanya mengangkat tangan sambil merentangkan jemarinya pertanda memberi isyarat dia membutuhkan waktu 5 menit lagi.

"Oke. 5 menit lagi ayah bangunkan ya."

5 menit ayah isi dengan murajaah beberapa surat pendek, sambil berharap abang mendengarkannya. Benar saja, 5 menit kemudian ayah hanya perlu berkata,

"Alhamdulillah. Sudah 5 menit. Mau dibantu atau sendiri ke kamar mandinya?"

 "Digendong," jawabnya singkat.

Baca juga : Mengapa Balita Mengalami Mimpi Buruk ?

Ayah pun menggendong abang ke depan kamar mandi sambil melafalkan doa bangun tidur. Tanpa diminta abang langsung membuka celananya dan siap untuk buang air dilanjutkan wudhu.

Sampai disini, semuanya berjalan lancar dan abang bisa melaksanakan shalat subuh secara munfarid di rumah.

Membangunkan abang Al di pagi hari sebenarnya tidak semulus ini setiap harinya. Kadang-kadang terjadi drama. Hanya saja tidak sering. Kadang pula abang Al malah bangun lebih dulu dan bersiap ke masjid. Semua bergantung pada aktivitas di malam harinya. Maka penting bagi kita orang tua untuk membangun habit atau kebiasaan tidur yang baik.

anak tidur (ilustrasi by : pixabay.com

Membangun Kebiasaan Tidur yang Baik

Alhamdulillah, abang Al termasuk yang tidak susah tidur di malam hari. Sehabi Isya, biasanya abang sudah mengantuk dan bersiap untuk tidur. Dia sudah menggelar kasurnya sendiri, menata kain, dan terkadang membawa buku untuk dibaca. Yang penting siangnya dia tidak tidur kebablasan. Dan seringnya memang abang tidak tidur siang sehingga selambatnya jam 8 dia sudah terlelap.

Di dalam buku Developmental Profile, anak 6 tahun seperti abang membutuhkan waktu tidur 9-11 jam dan akan berkurang seiring bertambahnya usia hingga di tahap formal operasionalnya. Jika anak mendapatkan waktu tidur yang cukup, itu akan sangat berguna baginya. Termasuk membangunkan mereka di pagi hari tanpa drama.

Beberapa hal berikut bisa dilakukan untuk membangun kebiasaan tidur yang baik :

  • Buatlah ritual sebelum tidur. Tidur merupakan rutinitas harian kita. Bangun ritual sebelum tidur seperti mengganti baju tidur, membersihkan muka, menyikat gigi, dan berwudhu sebelum tidur.
  • Bangun suasana relax. Sebelum tidur usahakan tidak ada lagi aktivitas fisik yang berat apalagi bermain lari-larian dan sejenisnya. Buat suasana tenang.
  • Bercerita. Bed time stories adalah ritual yang penting menjelang tidur. Siapkan buku-buku cerita untuk dibacakan kepada anak. Jika tidak, kita bisa memanfaatkan waktu sebelum tidur ini sebagai waktu tepat untuk recalling atau menceritakan kembali aktivitas masing-masing sekalian meluruskan konsep-konsep yang dia dapat dalam sehari tadi.
  • Buat jadwal tetap waktu tidur, termasuk saat weekend. Sebaiknya tidak membiasakan anak begadang mentang-mentang akhir pekan. Biarkan tubuh anak membangun sendiri jam biologisnya. 
  • Matikan layar sejam sebelum tidur. Sebaiknya tidak menonton tv, youtube, atau bermain gawai apapun sebelum tidur. 
Demikian tadi 5 (lima) tips untuk membangun kebiasaan tidur yang baik bagi anak. Untuk membangunkannya di pagi hari bisa melihat contoh di awal tulisan ini. 

Selamat mencoba...
Semoga menjadi orang tua bermutu

#TulisanAyah

01 May 2020

Printable Puasa untuk Belajar Banyak Hal

Sesuai janji di pos sebelumnya, kali ini Al mau berbagi printable untuk tracking puasa. Mudah-mudahan meskipun sudah lewat satu pekan berpuasa, tools ini masih bisa digunakan ya tidak terlalu terlambat.

Belajar berpuasa untuk anak usia dini memang penuh tantangan. Apalagi bagi mereka yang baru belajar untuk tahun pertamanya. Al sendiri, Ramadhan tahun ini adalah kali kedua dia mulai belajar berpuasa. Tentu efforts ayah dan mama tidak sebesar dulu ketika awal-awal karena dia sudah punya pengalaman sebelumnya.

Tantangan baru di tahun ini adalah memastikan bahwa Al bisa puasa full dari subuh sampai maghrib dengan perasaan senang tanpa tekanan apapun. Oleh karenanya, ayah dan mama tidak pernah memaksanya. Lengkap bagaimana tips melatih anak berpuasa bisa dicek di pos sebelumnya disini.

Kembali lagi ke printable ini ya. Disini terdiri dari 2 lembar yang bisa dicetak dengan printer biasa di kertas A4. Kami sarankan kertas A4 yang agak tebal seperti 100 gram atau mungkin bisa menggunakan kertas buffalo.


Bagian pertama adalah kalender Ramadhan. Seperti kalender yang ada, disini terdapat tanggal berdasarakan hari selama 30 hari Ramadhan. Melalui kalender ini anak bisa belajar tentang hari, urutan angka, dan tentu tentang angka arabic



Sedangkan bagian kedua merupakan simbol bintang yang bisa digunting untuk kemudian ditempelkan ke kalender setiap anak berhasil menyelesaikan puasanya.

Bagaimana Memanfaatkan Printable Puasa ini untuk Belajar 

Dengan printable puasa ini kita bisa membangun banyak kemampuan berpikir anak, diantaranya :

Konsep waktu

Kesadaran tentang hari bisa dibangun dengan mengajak anak memperhatikan hari dia berpuasa. Orang tua bisa bertanya
"Hari apa ini?"
"Kemarin/ Besok hari apa?"
"Dua hari yang akan datang hari apa ya?" 
Dan berbagai pertanyaan lain sesuai kemampuan anak. Untuk Al anak usia 6 tahun kesadaran tentang kemarin dan besok merupakan langkah awal pemahaman konsep hari yang lebih tinggi. Anak usia di atasnya bisa menggunakan pertanyaan yang lebih tinggi seperti dua hari yang akan datang, minggu lalu, dan seterusnya.

Keaksaraan

Selain keaksaraan melalui nama-nama hari, orang tua juga dapat membangun kesadaran anak tentang bilangan dengan huruf Arab. Anak bisa belajar membaca angka arabic atau menuliskannya di kertas lain. Untuk anak dengan usia rendah, orang tua dapat mengajak anak menggerakkan jari mengikuti bentuk angka.

Konsep Simbolik dan Statistika

Siapa bilang belajar statistik harus menunggu kuliah? Kemampuan berpikir matematik khususnya statistika mulai dibangun sejak dini. Di Sekolah Al misalnya, anak-anak sudah terbiasa belajar pendataan misalnya ketika memperhatikan cuaca pagi hari lalu memberikan simbol di kalender harian.

Begitu juga dengan media printable ini. Di lembar kedua, sudah disediakan gambar simbol bintang. Anak diajak untuk menampilkan fakta pictorially atau melalui gambar. Kemampuan simbolik seperti ini sangat penting sebagai bekal konsep penyajian data ketika nanti dia belajar matematika di SD.

Ajak anak menggunting salah satu bintang yang ada dan memberikan tanda. Biarkan dia memilih warna yang dia sukai. Warnai full atau penuh ketika dia berhasil menyelesaikan puasa hingga maghrib. Atau warnai hanya setengahnya saja jika dia terpaksa berbuka di waktu dzuhur. Disini anak juga belajar konsep pecahan.

Setelah memberi warna ajak dia menempelkannya di kalender yang tersedia sesuai hari dan tanggal. Nanti di akhir bulan Ramadhan, ajak anak merekap data puasanya. Berapa banyak bintang penuh (puasa full), berapa banyak yang setengah, dan berapa banyak yang kosong. Disini anak belajar menghitung sekaligus membuat pendataan. Orang tua dapat membantu dengan menyiapkan tabel datanya.

Kemampuan Motorik Halus

Dengan mengajak anak menggunting gambar bintang serta mewarnainya dengan spidol, secara langsung orang tua sudah melatih keterampilan fine motor anak yakni kemampuan menggunakan gunting. Untuk anak yang masih dalam tahap merobek dan belum siap menggunakan gunting, ajak anak mencocok gambar bintang menggunakan paku kecil (bisa menggunakan pin sim ejector atau trigonal clip) lalu merobeknya.

Contoh kegiatan mencocok gambar (sumber : pojok-utak-atik.blogspot.com)
Sedangkan untuk anak-anak yang lebih besar, biarkan mereka membuat gambar sendiri sebagai simbol yang akan ditempelkan di kalender. Tanpa mewarnai, orang tua bisa menyediakan gunting dan kertas origami. Biarkan anak membuat bentuk yang dia suka sebagai simbol menyelesaikan puasa.

Dari semua kegiatan di atas, yang perlu orang tua pahami dan kuatkan bahwa bintang bukan merupakan rewards. Hindari juga memberikan janji-janji jika dapat bintang sekian akan diberikan hadiah. Biarkan proses puasa dan kegiatan ini menjadi proses belajar yang menyenangkan bagi anak.

Printable ini bisa diunduh melalui tautan berikut.

Selamat mencoba......
Jangan lupa share pengalaman ayah bunda di kolom komentar ya.